Sepoci syubidupidapap..

Kamis, 13 Juni 2013

Puisi yang Tidak Serasi




 Mana suaranya mahasiswa yang sibuk sama tugassss...!!

Pertama kali menghadapi semester 4, aku sudah punya feeling ngga enak, soalnya di semester ini aku musti ketemu sama mata kuliah apresiasi puisi. Padahal aku sangat benciiii sama puisi
Syukurlah gak ada adegan memalukan pembacaan puisi, pasti aku sudah yang paling jelek. Masalahnya aku memang ga ada bakat di pembacaan puisi. Terakhir baca puisi kelas 3 SMA. Katanya temen2 dulu sih pas aku baca puisi bikin mereka merinding, padahal mereka ga tau aja aku sewa kuntilanak dibelakangku. ahahahak

Ternyata, di MK Apresiasi puisi ini, si dosen ala - ala yang bernama Eva Kadang selalu nyuruh analisis puisi setiap pertemuan. Itu yang bikin mumet. Analisis puisi sastrawan yang udah terkenal lagi, kalo aku salah analisis terus orangnya bangun dari kuburnya terus marahin aku, aku harus gimana  

Kami juga disuruh buat puisi dengan tema apa aja, lalu si ibu mengoreksi mana yang cuma kata - kata puitis dan mana yang benar-benar puisi. Alhamdulillah yah aku termasuk anggota yang puisinya bener - bener PUISI

Laluuuu... Tugas uasnya, kami disuruh pilih narasumber yang bakal dijadikan objek puisi, pilihannya ada 3 dan cukup membingungkan. 




Aku dan partner hidup pun pergi ke tempat pembuangan sampah di aki balak berbekal kamera hape yang butek dan speakernya yang abnormal. Sampai disana kami mencari target operasi kami masing - masing terus gantian merekam. Sempat terenyuh melihat kehidupan orang - orang seperti mereka dan membuat kami ngga lupa untuk selalu bersyukur. Nah, ini puisiku. aku posting sebelum aku kumpulin ke bu dosen. Mohon penilaiannya walaupun nda seberapa bagus..  

REALITA PENGAIS REZEKI
Lelaki itu masih memilih nasib
Masih mengukur waktu dengan sapu
Menyusuri aspal panas dibuai matahari
sampai tiba bel berdentang di perut

Ketika pagi beranjak pergi
tumpukan sampah menyambut menemani
bau busuk berdansa diujung hidung
rasa jijik dirangkul agar hidup bersambung

Dengan sapu didapatkan setetes air
Menerawang sampah demi sesuap nasi
Pengais rezeki dibumi yang makin kejam
menghisap darah perantau miskin tenggelam

Duka tak bisa bernyanyi dengan kata - kata
lima pasang telinga anak istri itu tuli dipangkuan ayahanda perkasa
sapu, tongkat, dan karung bekas menjadi senjata
Apa daya bila tak punya ijazah?

Banyak kawan menjadi hiburan
gaji seujung kuku mengukir senyuman
kadang bermimpi para petinggi memberi lebih
demi kehidupan orang - orang terkasih

TERINSPIRASI DARI BAPAK RUSMANAH : PENYAPU JALAN SEKALIGUS PEMULUNG.

videonya tidak bisa ditampilkan, terlalu besar :(

»»  READMORE...