Sepoci syubidupidapap..

Senin, 03 Maret 2014

Ketika Anjing Menangis


  Anjing itu nampaknya baru keluar dari ruangan kelas yang sontak membuat mahasiswi di sekeliling gedung terkejut.  Mereka semua berkata, "Anjing ! Anjing!" Bukan suatu pemandangan aneh seekor anjing mondar - mandir di kampus , tidak perlu berteriak seperti itu, bukan? Ku perhatikan anjing itu berjalan menghampiri kolam yang sunyi. Tidak, dia menghampiriku, terbatuk - batuk hingga ada seorang pria berseragam melemparinya dengan batu tepat dikakinya, membuatnya pincang. Anjing itu semakin dekat denganku, meminta pertolonganku sambil menangis.
  
 
 Kakiku bergerak sendiri untuk duduk ditanah bersama binatang yang mempunyai hidung besar berwarna hitam penuh kotoran dan mulutnya yang bau sampah. Aku tak tahu kenapa, aku memeluk anjing ini seakan tak pernah bertemu kekasihku seminggu yang lalu, meskipun bulu anjing ini penuh lumpur dan darah. Tanpa terasa hatiku perih dan aku menangis. Sungguh aku rindu, anjing ini sering lewat di depan rumahku, terbatuk-batuk hingga akhirnya mati.
***
    Berapa yah umurku saat itu? Ah, aku sulit mengingatnya....
    Keluargaku hanya ada Paman, Bibi, Kakakku dan aku. Ayah dan Ibuku pergi ke Afrika, bekerja mengurus satwa liar. Keluargaku dipandang keluarga aneh di lingkunganku. Padahal menurutku, mereka yang berkata seperti itu yang tidak memahami kami. Manusia memang begitu, sekali mereka tidak menemukan kecocokan, mereka akan menjauh. Semua itu awalnya cuma karena kami memiliki garasi disamping rumah, sementara rumah kami berada digang sempit yang cuma bisa dilewati satu sepeda roda dua. Mereka bilang kami gila. Mereka bilang kami memelihara benda aneh disana. Payah, mereka yang tidak punya mimpi.
    Seekor anjing herder berwarna cokelat hitam dan berhidung besar dipungut oleh kakak perempuanku sore itu. Kabarnya, anjing itu dibuang pemiliknya karena telah menggigiti kaki majikannya hingga putus. Kakakku sangat baik pada Zuko, begitu kami memanggilnya, kakakku juga mengumpulkan uang hasil menjahit boneka vodoo untuk membeli kandang Zuko. Setiap pagi aku , kakakku dan Zuko bermain di suatu lapangan, kakakku akan melempari Zuko daging mentah dan Zuko akan memakannya dengan lahap. Aku cuma bisa memberi perintah kecil pada Zuko sperti diam, duduk, atau berputar. Saat itu Zuko masih kecil.


    Aku pernah melihat kakakku memandikan Zuko dengan air bunga yang selalu dia nyanyikan setiap malam disela - sela tidurku. Kalau sudah dimandikan, bulu - bulu Zuko lembut dan harum sekali. Hingga tanpa ku sadari, Zuko telah lebih besar dari aku. Bermain dengan Zuko seharian hingga lelah dan tertidur disampingnya sudah menjadi ritual di masa kecilku. Saat bangun, ia masih ada di sana, meminjamkan tubuhnya untuk aku sandarkan. Bola matanya yang hitam pekat menatapku seperti berkata “Mimpi apa kamu?”.

    Benar kata kakakku, malam itu sebelum tidur, kami sempat mengobrol.
    "Anjing adalah teman."
    "Anjing adalah teman. Apa anjing juga nanti ada di sekolah seperti teman - temanku, kak?"
    "Di sekolah cuma sebentar. Bukan seperti itu."
    "Teman - temanku semua di sekolah kak, kami duduk menulis di meja yang sama lama sekali rasanya, mereka sering menghina lukisanku. Huh!"
    "Mereka bukan teman. Zuko itu teman sebenarnya, anjing adalah teman terbaik manusia."
    "Tapi, Zuko bukan manusia."
    "Meskipun begitu, mereka yang akan selalu berada disampingmu, siap menunggu dan menepati janji meski tidak dia buat. Lebih manusiawi daripada manusia. Makanya kita harus baik pada anjing."

    Padahal aku masih kecil saat itu, tapi rasanya aku sudah mengenal perasaan sayang. Bukan pada lawan jenisku , tapi pada Zuko. Jika hujan, hatiku selalu gelisah. Bagaimana jika badai menghempas kandangnya dan membuatnya kebasahan? Bagaimana kalau ia kedinginan? Zuko juga takut hujan dan petir sama sepertiku. Sesudah hujan reda, aku bergegas ke garasi membawa handuk kecil untuk mengeringkan tubuhnya. Pernah satu waktu ketika kami bermain, hujan datang dan kami berlari ke rumah. Paman dan Bibi sedang pergi lalu kakakku tertidur di kamarnya,meninggalkan kami berdua di beranda. Aku merantai Zuko di gagang pintu. Aku mengkhianatinya. Karena kedinginan dan takut petir, aku pergi ke kamar dan tidur, meninggalkannya sendirian dengan leher terantai.

    Aku mimpi buruk, mimpi masuk ke dalam lubang kloset. Hingga aku dibangunkan oleh Bibi yang marah karena menemukan Zuko ada di depan pintu rumah dalam keadaan basah dan bau. “Sudah kubilang, anjing setan ini cuma boleh ada di kandangnya!”. Paman dan Bibi tak pernah mau membiarkan ada anjing di rumah. Mereka bilang haram. Padahal aku sudah tanya ustad, yang haram itu liurnya. Aku kan tidak mencumbunya.
    "Tadi, aku kehujanan sama Zuko, Bi."
    "Kau bisa meletakkannya di kandangnya!"
    Kakakku pun berlalu sambil memeluk Zuko yang menggonggong tak berhenti. Kakakku menyuruhku untuk diam lalu dia berkata pada Bibi.
    "Maaf ya, Bi. Aku yang lupa menaruhnya di kandang.." ujarnya.
    "Anjing! Kenapa kau malah membawanya ke kamar?!" jerit Bibi.
    "Di luar itu dingin, Bi."
    "Dia punya kandang, kan!"
    "Tapi, kandang itu kecil, tidak muat untuk melindungi Zuko."
    "Biar saja dia kedinginan, nanti juga dia bermain di api neraka!"
    "Atau kubiarkan saja dia menggigit mulut Bibi sampai lepas!"
    PLAK!!!!!
    Bibi spontan menampar kakakku yang selama ini dianggapnya pembantu di rumah. Zuko terkejut dan meloncat dari pelukan kakakku. Aku menahan tangis dan memeluk anjing peliharaanku erat - erat.
    Justru manusia sepertimu yang akan  jatuh ke lubang neraka ...
   
Sebagai tanda minta maaf, aku hendak mengajak Zuko bermain, ia tak mau. Aku menarik rantainya dan mengajaknya berjalan tapi ia masih  tetap terduduk. Kakakku berkata bahwa ini bukan saat yang tepat untuk Zuko bermain. Kenyataannya, ia tak mau bermain karena ia tahu ia tak akan bisa lagi bermain denganku. “Anjing itu tahu kapan waktu mereka tiba...” Kami meninggalkannya sendirian. Aku dan kakakku tidak bisa berbuat banyak Mungkin di masa depan aku akan kuliah di jurusan kedokteran hewan agar bisa berbicara bahasa anjing, dan kakak yang akan menjadi susternya. Tapi untuk saat ini, akami hanya bisa memberinya makan setiap pagi dan sore. Bibi berkata untuk tidak boleh dekat-dekat dengan Zuko.
    Para tetangga rupanya ketakutan melihat badan Zuko yang setiap hari makin besar dan semakin menghitam. Bibi sempat menangis dan mengatakan bahwa aku dan kakakku bukan penyihir atau pemuja setan.Bodohnya Bibi, kenapa ia harus menangis? Bukankah penyihir itu mempunyai seekor kucing, bukan anjing?
    Kemudian aku hanya bisa memberi makan Zuko di depan pintu garasi. Hari - hari pun berlalu dan aku hanya bisa melihat mangkuk makanan Zuko, jika makanan dalam mangkuk itu habis, aku akan menggantinya dan begitu seterusnya.
    Waktu itu tiba. Makanan di mangkuknya masih penuh. Aku masuk dan melihatnya berada di dalam kandangnya. Sendirian. Meringkuk. Aku peluk erat tubuh yang sering aku sandari, berharap ia akan membuka matanya lalu  berkata “Mimpi apa kamu?"
    Aku peluk erat kepala Zuko hingga aku menangis kencang. Cuma dia sahabatku. Berbulan - bulan telah kulewati bersamanya . Ayah dan Ibu pergi meninggalkanku , dan kini anjingku yang meninggalkanku.


  
 Aku dan Zuko bercumbu.  Ketika tak ada orang yang peduli denganku, dengan mayat anjing ini, dunia terasa menjauh .Tangisanku terhenti, suara lirih anjing perlahan menyadarkanku. Zuko membuka matanya, dan berkata “lihat ke belakang”. Sontak aku melihat kebelakang dan aku melihat seorang wanita muda menghampiri anjing tersayangku lalu kemudian mengecek denyut jantungnya. Ternyata, wanita muda tersebut seorang dokter hewan. Lalu wanita muda yang mempunyai bola mata yang sama seperti mataku kabur menjauh dan membawa Zuko, berteriak meminta tolong kesana - kemari sambil menangis.
Aku berlari mengejar hingga ada mobil mengenaiku lalu seketika gelap...
****
    Entah untuk keberapa kalinya. Kudengar lagi dengan jelas di telingaku. Di tahun 2014 ini masih saja semua orang berteriak menganjingi masing-masing. Sepertinya anjing telah menjadi puisi yang mendiami hati mereka turun temurun. Setiap ucapan mereka tak lepas dengan anjing di dalamnya. Anjing seperti menjadi bentuk dari kehangatan mereka ketika memanggil satu sama lain.  Anjing menjadi budaya dan bahasa, yang mereka pikir luar biasa , yang mereka pikir menjadikan mereka seperti layaknya orang dewasa.
    Di sini aku masih duduk memeluk anjing berhidung besar berwarna hitam yang penuh kotoran.. Muntah dan mual datang menghampiriku. Aku berdiri dan menggendong anjing ini. Zuko tersayangku telah kembali.
"Ayo teman, jangan nangis! kita pulang dan tinggalkan dunia yang gila ini."
»»  READMORE...

Rabu, 19 Februari 2014

Cabut gigi, mendingan sakit hati!

Liburan kenaikan semester 6 ini tampaknya liburan yang paling ngenes dan terlalu produktif. Sangking produktifnya, hampir setiap minggu aku ke dokter. Emang sih, dari awal libur udah niat banget "pokoknya liburan ini musti cek kesehatan!" tapi gak gini juga kaleeeee. Serius, liburan ini banyak tantangannya, kayak ikut fear faktor...


dimulai dari awal januari nih ye, aku sakit mulu. Padahal di bulan ini aku genap 20 tahun :"D gada postingan yg spesial tentang ulangtahun ini, abaikan! Yang ada malah sakit mulu, eh tapi aku buat postingan ini bukan buat ngeluh doang ya. Supaya pembaca blog juga tau kesehatan itu MAHAL .
dan SAKIT itu NDAK ENAK . 


Kenapa aku sakit terus ya?
Mau pintar kali ya. hehehe emangnya anak bayi

Terus sakit apa juga, kayaknya sengsara betul?!


Pertama, masalah kewanitaan , miss v ngeyel. Dan akhirnya aky musti ke dokter spesialis, bayarnya hampir setengah jeti tapi semoga masalahnya tuntas dan ga kambuh lagi. AAAMIIIINNNNN..

Cukup lama, 2 minggu sampai aku stres gak karu-karuan.
  nah buat cewek nih ndak boleh stres yah. menstruasi jadi mampet, kayak aku. Stress juga bikin daya tahan tubuh menurun, akibatnya aku jadi radang tenggorokan yang berlanjut sampe pilek dan batuk. aahh, menggila lah aku selama hampir setengah bulan cuma di ranjang aja, dirumah aja, liburan ndak ada kemana - mana. untungnya ada partner hidup dan sahabatku indah yg menemani

Naah,, itu baru pemanasaan, penderitaanku yg sebenarnya baru dimulai ni. 

Apa? CABUT GIGI. 

Aku emang niat banget pokoknya liburan ini musti urus gigi, terserahnyalah mau diapakannya yang penting ndada sudah yang bermasalah! Sebagai rakyat biasa, aku memutuskan ke dokter gigi puskesmas. Karena aku tau pasti ntar bolak - balik perawatan. Klo di praktek tau sendirilah kan mahalnya gimana. Ya di puskesmas sih kira-kira 25rb lah sekali kontrol.
Hari pertama ke puskesmas di antar abah. Baru tau prosedur ngantri di puskesmas itu gimana, ngambil nomer buat loket dan buat poli gigi. Ngantrinya lama, pas menghadap dokternya bentar. Cuma dikasi antibiotik amoxilin untuk seminggu, baru bisa dicabut. GRATIS. Ini dia. Sebagai rakyat biasa, kenapa aku memutuskan ke dokter gigi puskesmas. Karena aku tau pasti ntar bolak - balik perawatan. Klo di praktek tau sendirilah kan mahalnya gimana. Ya di puskesmas sih gratis klo kontrol, klo ada tindakan ya kira-kira 25rb lah.


SALAH BESAR ITU LAGUNYA MEGGY Z.

Sumpah, cabut gigi tuh luar biasa sakitnya. Tapi kayaknya tergantung parah/ndaknya gigimu itu sih. Kalo aku ya, gigiku yg mau ku cabut nih udah berapa tahun gitu tambalannya lepas tapi aku biarin, tambalan lumayan besar tuh, baru beberapa hari ditambal udah lepas. Ditambal ama dokter praktek, biayanya setengah juta lebih karena bolak - balik dan lepas cuma dalam hitungan hari. Aku gak berani bilang ke abah. Hahahah. Itu geraham kiri, sisa setengah gitu giginya, kadang kalo dipake ngunyah, berdarah, dan sempat 2 kali bengkak gusi didalamnya sampai melebihi gigiku sendiri. Siapa yang nda "sawan" yah. Makanya aku munyak pelihara dia, cabut ajalah, dok!

Pas udah harinya, yg nangani namanya dokter umy, jutek judesnya minta ampun deh,
aku pura - pura jadi anak polos aja, gak banyak ngomong dan cuma jawab iya, kalo ditanya ya jawab sekedarnya yg penting jujur. Ternyata, sebelum cabut gigi musti makan dulu, aku sarapan aja ndada, jadi aku disuruhnya kembali, Aku pulang deh makan soto pakle gerobak . Udah kenyang, semua dokter udah nunggu aku , keknya aku kelamaan sih pergi makannya, Yg jeleknya nih dokter umy keknya buru-buru mau makan siang jadi mau cepet cepet beresin kerjaannya.

Katanya gigiku rapuh, ada polipnya dan ada daging tumbuh. Pas suntikan pertama kerasa banget itu jarumnya masuk ke gusi, yah aku memang anaknya ndak tahan sakit, jadi aku nangis.
Bukan nangis yg gimana ya, aku juga bingung, air mataku itu keluar sendiri ndak bisa di tahan , ndak bisa di kontrol. Gitu juga kalo aku lagi tegang, kaget, atau sedih ngeliat binatang gitu air mata langsung tekeluar. Hahaha ga taulah aku manusia type apa.

Habis disuntik, dokter itu ngeluarin semacam tang terus patahin gigiku yang setengah itu, wowo bunyinya nyaring betul dan disitulah puncak sakitnya,
SHOCK  air mataku tumpeh - tumpeh deh. Jeleknya si dokter lainnya ngolok gini "nangis dia, giginya hilang" . Ya ampun, untung aku sabar yah. Setelah itu gigiku di korek korek, , sampai mengeluarkan suara - suara kletek kletok, terus aku disuntik sampai beberapa kali soalnya aku klo sakit aku bilang, sampai aku cubit - cubit tuh tangannya dokter, refleks aja aku. Biarin lah. Dia bilang, ini pasti sakit soalnya ada dagingnya.

Air mataku udah 1 muka deh, jilbabku basah disampingnya. Duh, aku ga mau ingat lagi ah rasanya dicabut gigi tuh.
Dokternya sampe diamin aku, "ndak usah dilanjutlah kalo masih nangis". Dia mau tinggal aku, bahkan dia udah bediri ngobrol2 ma temannya aduh aku ampe nangis sesegukan. Gimana nasibku...?!

Kayaknya dia suntik bius setengah deh, soalnya bibirku , area mulut kiri yg lagi dieksekusi ini mati rasa, sampe - sampe klo disuruh kumur aku ga bisa kumur jadi air dari mulutku itu meluncur ga terkontrol kek air mancur. Pas udah dibius sih di kopek - kopeknya ga kerasa, pas dia cabut isi - isi gigiku tuh, ada 2 seingatku, disitu sakitnya ya ampuuunnnnn... Daguku dipegang dari atas sama dukter satunya supaya aku ga bisa begerak, gak bisa melawan.
Temenku,Indah yg nemanin aku cabut gigi aja bilang, itu dokter kayak lagi melayanin bukan sama manusia. Darah dimana - mana.
  Pokoknya setelah selesai aku ga langsung pulang, tunggu nangisku reda dan minum obat, baru deh pulang.


Anehnya pas dirumah nda sakit, karena obat penahan sakit kali ya dan juga mungkin masih ada efek bius soalnya masih mati rasa bibirku sebelah, kapas penyumpal darah yg harusnya 1 jam baru boleh dilepas pun dari tadi udah dilepas soalnya kata dokter lukanya bagus dan darahnya udah berhenti.
 Dua hari aku ga berani ngaca gigiku. trauma banget. Udah gitu susah makan lagi. Hajarmulah nasi lalap yg ayamnya keras tuh klo kau bisa gigit. Besok-besoknya baru berani ngaca, ya ampun darah bekunya warna hitam, aku baca di google sih katanya itu proses pemulihan gusi dan tulang. Tapi kok aneh dipinggir gusi masih ada tajam2.. ku goyang-goyang kok bisa. Aku liat - liat lagi ternyata itu gigi, masih ada kecil nyangkut belum tecabut.


Aku kembali kontrol dan sampe sana itu dokter judes langsung semprot "itu tulangnya! jangan didorong-dorongpake lidah!" nahdisitulah aku coba ngoto "tapi tajam,dok, coba dilihat dulu" eh ternyata benar, dia cabut deh pake semacam pingset gitu.
Lucunya, pas aku kontrol ini, partner hidupku juga lagi cabut gigi, dia kok ndak nangis ya? aih, laki - laki. MACHO DEH

Penderitaan belum berakhir , cuy. Ini aku lagi ngetik sambil nahan sakit. Kasus gigiku masih ada 1. Gigi atas kanan paling ujung itu bolong besar. Nyesal deh ga ditambal dari dulu. Pas diperiksa pertama kata dokter desy (ini yang ramah, sujud syukur banget) bisa ditambal, jadi dia bersihin dan ditambal sementara.Adegan menyeramkan pas dia ngeluarin semacam jarum pentul terus ditusuk dalam - dalam ke gigiku. Makkk, sakitnya tapi aku gak nangis soalnya ibu desy ini lembut orangnya. Dia suruh kembali kontrol kamis. Aku sudah girang nih, berarti seterusnya ibu desy yg rawat aku.

Mungkin orang puskesmas munyak liat aku, aku juga malu sih tapi mau bagaimana , aku musti bolak - balik ke situ, mumpung libur juga .
Nah, hari ini, tadi, jengkelnya aku bukan ibu desy yg tangani tapi ibu umy lagi..!
 
OH TUHAN! OH TUHAN!!! Aku kira hari ini ditambal asli, ternyata gigiku masih dikopel - kopel pake bor yang bikin nyeri. Aku tau dia bekode - kode sama asistennya yg cowo pasti dia mau kasih keluar itu jarum lagi, ternyata benar. Aku sudah siapkan mental ni , gak sakit.. gak sakit..gak sakit..  
Ternyata...  

hasilnya pas dia tusuk ke dalam lubang gigiku satu jarum aku langsung nangis sampe kucubit tangannya, aku kira cuma sekali.. ternyata sampe banyak kali tadi , haih pasrah aja aku nangis aja aku, kurasakan ujung jarum tuh mentok dalam gigiku. Emangnya boleh begitukah.. katanya itu rawat syaraf, tapi aku kan belum dironsen, kalo aku buta gimana?? sumpah ya, ku tuntut ke komnas perlindungan anak nih dokter gigi yah.
nih aku masih ga bisa ngunyah soalnya sakit klo kesentuh gigi bawah. Disuruh kembali lagi  3 hari. 
Semoga kalo kembali lagi, benar - benar bisa ditambal permanen.
LEBIH BAIK AKU SAKIT HATI YAH, JARANG MENANGIS, DARIPADA SAKIT GIGI, KAYAK DIBUNUH PERLAHAN.
bye.

»»  READMORE...